Pengertian Geguritan Beserta Ciri, Struktur, Jenis, dan Contohnya: Menjaga Warisan Sastra Bali

Geguritan adalah jenis puisi tradisional Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri. Puisi ini biasanya berisi tentang pesan moral atau nasihat dari sang penulisnya. Selain itu, geguritan juga memiliki struktur yang cukup kompleks dengan penggunaan kata-kata yang berulang-ulang. Ada beberapa jenis geguritan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian geguritan beserta ciri-ciri, struktur, berbagai jenis, dan contohnya. Jadi, mari kita mulai!

Pengertian Geguritan: Definisi dan Sejarah

Geguritan merupakan salah satu bentuk puisi tradisional Jawa yang digunakan sebagai media penyampaian pesan moral dan perkembangan sosial. Secara umum, geguritan memiliki struktur yang terdiri dari sepuluh bait, yang disebut dengan tembang, dan dimulai serta diakhiri dengan bait samiran. Tiap baitnya terdiri dari empat baris dengan jumlah suku kata yang ditentukan, yaitu 8, 12, 12, dan 8.

Sejarah geguritan berasal dari masa kejayaan Kerajaan Medang, sekitar abad ke-8 hingga ke-10. Saat itu, geguritan dipergunakan sebagai sarana dakwah agama Hindu-Budha oleh para pertapa. Setelah itu, geguritan berkembang menjadi media penyampaian pesan yang lebih bersifat profan dan merakyat.

Hingga saat ini, geguritan masih banyak digunakan di masyarakat Jawa, khususnya pada acara-acara perayaan tradisional seperti pernikahan, khitanan, atau acara selamatan.

Ciri-Ciri Geguritan

1. Mengandung nilai-nilai moral atau pesan kehidupan yang bisa memberikan inspirasi dan motivasi bagi para pembacanya.
2. Terdiri dari sepuluh bait dengan pola suku kata yang ditentukan.
3. Berisi ungkapan bahasa Jawa yang mengandung makna yang mendalam dan kaya akan simbol-simbol kebudayaan.
4. Dalam kesenian seni sastra Jawa, geguritan memiliki kedudukan yang sangat terhormat karena statusnya yang sama dengan suluk, dhawuk, kakawin, dan sumber baris.
5. Sering kali digunakan dalam acara upacara adat yang bersifat keagamaan maupun sosial.
6. Bisa disampaikan secara lisan, tulisan maupun tarian dan seni lukis.
7. Pada masa lampau, geguritan banyak disajikan oleh para pertapa sebagai sarana dakwah dalam menyebarkan agama Hindu-Budha.
8. Terdapat beberapa jenis geguritan, antara lain geguritan ramalan, geguritan cinta, geguritan rohani, dan geguritan kritik sosial.
9. Biasanya, geguritan dinyanyikan dengan diiringi gamelan.
10. Pengarang geguritan tidak perlu menyebutkan namanya, karena yang terpenting adalah pesan moral yang terkandung dalam geguritan itu sendiri.

Struktur Geguritan

Sepuluh bait dalam geguritan masing-masing memiliki susunan yang sama, yaitu:

1. Tembang Pangkur. Tembang ini digunakan sebagai pembuka.
2. Tembang Pucung. Tembang ini memuat atau menerangkan terkait dengan isi dari geguritan.
3. Tembang Sinom. Tembang ini mempresentasikan isi dari geguritan.
4. Tembang Kinanthi. Tembang ini melambangkan rasa sayang dan cinta kasih.
5. Tembang Dhandanggula. Tembang ini adalah penjabaran dan dilengkapi dengan ungkapan syair.
6. Tembang Asmarandana. Tembang ini menggambarkan cerita cinta yang berakhir bahagia.
7. Tembang Macapat. Tembang ini terdiri dari empat baris, dengan rima a-a-a-a.
8. Tembang Pocung. Tembang ini berisi seruan dan motivasi yang mantap dan tegas.
9. Tembang Mataram. Tembang ini berisi pilihan atau seleksi dengan tujuan sentimental.
10. Tembang Tandhuk. Tembang ini kedua terakhir setelah Tembang Macapat, kemudian lalu Tembang Pangkur sebagai penutup.

Jenis-Jenis Geguritan

1. Geguritan Ramalan
Geguritan jenis ini menceritakan ramalan atau takdir manusia, dengan bahasa yang puitis dan sarat dengan simbol-simbol kebudayaan Jawa.

2. Geguritan Cinta
Geguritan jenis ini mengangkat tema tentang cinta, yang terkadang menyentuh kesedihan dan kebahagiaan dalam perjalanan cinta seorang pria dan wanita.

3. Geguritan Rohani
Geguritan jenis ini banyak mengangkat tema tentang religi yang sarat dengan nilai-nilai keagamaan dan kebaikan.

4. Geguritan Kritik Sosial
Geguritan jenis ini mengangkat tema sosial yang menjadi kebiasaan dalam masyarakat, yang memang perlu dikritik supaya menjadi lebih baik.

Contoh-contoh Geguritan

1. Drestarastra
Geguritan yang ditulis oleh Mpu Sedah pada masa raja Airlangga. Menceritakan kisah pangeran Amir Hamzah yang terlepas dari ikatan cintanya dengan Nurbaya.

2. Kayu Kalimumpuni
Geguritan ini menceritakan perjuangan seorang raja yang berjuang untuk mencari sepotong kayu obor yang akan digunakan dalam upacara penyucian kerajaan.

3. Kidung Sunda
Geguritan karya Mpu Tantular ini mengangkat cerita tentang kenangan masa lalu dan masa sekarang.

4. Sutraningrat
Geguritan ini menceritakan tentang Raja Tarub yang ditinggal istrinya yang merupakan seorang bidadari.

5. Lawang Sewu
Geguritan ini menceritakan tentang lawang sewu sebagai wisata dan misteri yang menyelimuti tempatnya.

Demikianlah penjelasan mengenai pengertian geguritan beserta ciri, struktur, jenis, dan contohnya. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesenian tradisional Jawa.

Ciri-ciri Geguritan

Geguritan adalah salah satu dari berbagai jenis sastra Jawa yang populer diketahui dan masih dikenal hingga kini. Sastra ini mempunyai ciri-ciri khas yang banyak dikenal dan diapresiasi oleh para penggemar sastra dan budaya Jawa. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri dari Geguritan:

1. Mengandung Pesan Moral

Salah satu ciri khas dari geguritan adalah adanya pesan moral yang terdapat dalam setiap karya sastra geguritan. Pesan moral tersebut terkadang disampaikan secara langsung maupun tersirat dan tujuannya adalah untuk mendidik manusia agar bertindak yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bahasa Kuno

Geguritan adalah karya sastra kuno yang ditulis dalam bahasa Jawa kuno yang terkadang sulit dipahami oleh orang-orang yang bukan penutur asli bahasa Jawa. Namun, bahasa kuno ini memiliki kekayaan makna dan kosakata yang sangat indah dan mengagumkan.

3. Menggunakan Bahasa Metaforis

Geguritan juga sering menggunakan bahasa metaforis yang indah dan memikat, sehingga pesan yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami oleh para pembaca. Bahasa metaforis yang digunakan dalam geguritan sering kali mengambil bentuk sistemik dan mengandung makna luas.

4. Biasanya Berjudul Panjang

Geguritan biasanya memiliki judul yang panjang dan deskriptif. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran dan memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai isi karya sastra tersebut.

5. Mengandung Gending atau Lagu

Geguritan biasanya juga disertai dengan gending atau lagu. Ada beberapa jenis gending yang biasanya digunakan dalam geguritan, antara lain: gending lancaran, gending dolanan, dan gending jaranan. Gending ini digunakan untuk menambah daya tarik dalam melantunkan dan membaca geguritan.

6. Mengandung Pantun atau Peribahasa

Selain gending atau lagu, geguritan juga mengandung pantun atau peribahasa yang berguna untuk membangun ritme dalam pembacaan geguritan dan memberikan pesan moral yang lebih jelas.

7. Karakteristik Puisi Masyarakat Jawa

Geguritan merupakan salah satu karya sastra yang berdasarkan karakteristik puisi masyarakat Jawa. Ciri khas dari inaugurasi sastra ini adalah rima, ritme dan irama yang kental. Hal ini menghasilkan nada berirama yang membuat pembaca merasa kelancaran sastra.

8. Memiliki Struktur yang Tidak Tetap

Geguritan tidak memiliki struktur yang tetap seperti halnya dalam prosa. Pengarang geguritan memiliki kebebasan untuk mengembangkan karyanya sesuai dengan imajinasi masing-masing dan memberikan keunikan tersendiri pada setiap karya sastra yang dihasilkan.

9. Memiliki Tema yang Beragam

Tema dalam geguritan bisa sangat beragam, mulai dari kisah roman, cerita rakyat, kisah sejarah, atau tema-tema yang bersifat moral. Namun, tema-tema tersebut selalu disampaikan dengan cara yang indah dan menghibur.

10. Memiliki Karakteristik yang Berbeda

Setiap geguritan memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari tema, bahasa yang digunakan, struktur, dan gaya penulisannya. Hal inilah yang membuat geguritan semakin menarik dan memikat untuk dibaca dan dipelajari.

3. Struktur Geguritan

Struktur Dasar Geguritan

Geguritan memiliki struktur dasar yang terdiri dari empat bagian, yaitu aksara, lagu, gatra, dan sampiran. Struktur ini memberikan kesatuan pada geguritan dan menjadi ciri khas dari jenis puisi ini. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai struktur dasar geguritan:

Bagian Keterangan
Aksara Berisi kata-kata yang menjadi bahan dasar geguritan. Biasanya terdiri dari 4-8 suku kata.
Lagu Berisi ritme atau pola irama yang menjadi dasar dalam penulisan geguritan.
Gatra Merupakan satuan pengulangan dalam geguritan. Setiap gatra terdiri dari 4-8 aksara yang diulang secara ritmis.
Sampiran Berisi isi dari geguritan yang melengkapi aksara, lagu, dan gatra dalam menyampaikan pesan atau tema dari puisi.

Contoh Struktur Geguritan

Berikut adalah contoh struktur dasar geguritan:

Aksara: ngarora pangeting tali kawi

Lagu: sorog lugina watek punyah

Gatra: ngayomaken pita saking tali kawi

Sampiran: ᮝᮙᮘᮨᮛᮥᮞᮤᮀຕາລອນ ຕອນເກົ້າໄວ່ໄນ ຖ້າງຕາເກົ້າໄວ່ໄນ ໄປໄດ້ເອົາຫລາຍຊາດາ

Dalam contoh di atas, terdapat empat bagian struktur geguritan yang telah dijelaskan di atas. Aksara yang digunakan adalah “ngarora pangeting tali kawi”, lagu yang digunakan adalah “sorog lugina watek punyah”, gatra yang digunakan adalah “ngayomaken pita saking tali kawi”, dan sampiran yang digunakan adalah “ᮝᮙᮘᮨᮛᮥᮞᮤᮀຕາລອນ ຕອນເກົ້າໄວ່ໄນ ຖ້າງຕາເກົ້າໄວ່ໄນ ໄປໄດ້ເອົາຫລາຍຊາດາ”. Dengan struktur yang teratur, geguritan pun dapat menghasilkan suatu karya puisi yang indah dan bermakna.

Untuk lebih memahami tentang geguritan dan elemen-elemennya, baca artikel Pengertian Geguritan Beserta Ciri, Struktur, Jenis, dan Contohnya yang sudah disediakan.

Sampai Jumpa Lagi

Seperti inilah pengertian geguritan beserta ciri, struktur, jenis, dan contohnya. Semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi Anda. Jangan lupa untuk berkunjung kembali ke situs kami untuk membaca artikel menarik lainnya. Terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa lagi!